"IMPIAN SEBUTIR KACANG"
Arazi adalah seorang anak yang
dikatakan kurang berhasil dalam pelajaran, bahkan guru sering menjuluki dia
sebagai aktivis remedial yang setiap kali ujian pasti mendapat nilai jauh dari
angka aman. Namun dibalik nilainya yang sangat sederhana, dia anak yang jujur dan santun serta berani mengungkapkan
pendapatnya. Nilai yang ia dapat adalah
hasil usahanya sendiri secara jujur.
Terkadang ia sedih dengan realita
keadaan sekolah yang ada di Indonesia. Dengan inilah, ia bertekad agar kelak
dapat memajukan sistem pendidikan yang ada di Indonesia, terutama untuk
anak-anak jalanan. Terkadang Arazi dipandang sebelah mata oleh gurunya, salah
satunya ialah bapak Marpuang. Arazi sering kali diremehkan olehnya karena nilai
ulangan yang jauh dibawah angka aman. Namun kesedihannya tidak menggoyahkan
tekadnya.
Pak
Marpuang selalu menegur Arazi, tetapi itu tidak lantas membuat Arazi gentar, ia
tetap pada pendiriannya untuk terus berlaku jujur dan berbuat sesuatu yang bisa
bermanfaat bagi orang lain.
Tetapi
tidak semua guru yang memandang Arazi dengan sebelah mata, ibu Karsih adalah
salah satu guru di sekolahnya yang mengetahui siapa itu Arazi, hanya dia yang
mengetahui kepribadiannya. Seringkali Arazi hampir tergoda dengan tawaran Ale.
Ale seringkali menawari Arazi contekan. Karena hal itu, Arazi pun bertanya
kepada Pras dan Gilang. Mereka adalah pembimbing rohis di sekolahnya.
Singkat cerita, ketika kenaikan
kelas Arazi dipanggil oleh pak Marpuang saat rapat pleno karena nilainya yang
dibawah standar dan terancam akan tinggal kelas. Tak lantas bu Karsih pun
membela Arazi. Tetapi pak Marpuang tidak tinggal diam, ia membantah perkataan
dari bu Karsih. Kemudian bu Karsih menantang pak Marpuang jika ia bisa
memotivasi Arazi dan Arazi mendapat nilai diatas standar saat ujian penentuan,
Arazi pantas naik kelas. Lalu pak Marpuang menyetujuinya.
Setelah bel pulang sekolah bu Karsih
menemui Syifa. Syifa adalah salah satu murid yang pandai dan rendah hati. Bu
Karsih memintanya membantu Arazi untuk belajar tambahan. Syifa pun
menyanggupinya
Setiap
pulang sekolah Syifa selalu membimbing Arazi untuk belajar. Tetapi tak khayal
terkadang Arazi seringkali menghindar dari Syifa. Syifa pun merasa bingung
dengan sikap Arazi.
Suatu saat ketika sepulang sekolah
pak Marpuang melihat Arazi di pinggir jalan. Keesokan harinya ia langsung
menegur Arazi. Arazi hanya bisa diam, Syifa yang menyaksikan itu hanya dapat
berfikir apa yang dilakukan Arazi di pinggir jalan. Ketika di jalan, karena
penasaran, Syifa mengambil keputusan
untuk mengikuti arazi, hingga ia akhirnya sampai pada sebuah gedung bekas yang
kumuh. Seketika hati syifa tersentuh melihat Arazi yang sedang mengajari
anak-anak jalanan.
Keesokan harinya ketika bel pulang
sekolah Syifa langsung pergi ke tempat Arazi membantunya mengajar anak-anak
jalanan itu. Tak banyak hal Syifa menanyakan kepada anak-anak tersebut tentang
Arazi, tersentuhlah hati Syifa mendengar jawaban dari anak – anak itu. Keesokan harinya setelah pulang sekolah
Syifa ingin membantu Arazi, tak khayal Arazi pun selalu menghindar dan Syifa
langsung mengikutinya. Seketika Arazi pun kaget ketika tahu syifa mengikutinya.
Ternyata Syifa telah diberitahu oleh
bu Karsih latar belakang Arazi, bahwasannya Arazi adalah seorang anak dari
keluarga yang sangat minim. Seno teman sekelas Syifa tidak senang dengan
kedekatan mereka berdua. Seno dekat sekali dengan guru terutama dengan pak
Marpuang dikarenakan nilainya yang selalu diatas standar. Seringkali Seno
menghasut pak Marpuang mengenai Arazi. Tak khayal pak Marpuang pun terhasut
olehnya.
Arazi hanya menganggap Syifa sebagai
teman biasa, berbeda dengan Syifa yang ternyata menyimpan perasaan untuk Arazi.
Tetapi karena seringnya Arazi dengan Syifa, Arazi pun sudah melihat kebaikan
Syifa yang timbul dengan sendirinya, Arazi
terenyuh dan termotivasi untuk lebih giat belajar agar mendapatkan nilai
yang maksimal di tes kenaikan kelas
tambahan. Ia mati - matian belajar sembari mengajari anak jalanan bersama syifa
sepulang sekolah.
Hari demi hari telah berlalu, waktu
yang mendebarkan pun tiba, yakni tes kenaikan kelas. Arazi yang telah
mempersiapkan kehadiran tes ini menanggapinya dengan santai, karena ia sudah
sering mendalami materi - materi yang diujikan bersama Syifa, sebaliknya Seno
yang diandalkan oleh pak Marpuang juga terlihat santai menanggapi ujian ini.
Ujian pun dimulai, Arazi yang tidak terlihat kesulitan dengan ujian ini,
sebaliknya Seno terlihat gelagapan karena waktu yang disediakan belajar ia
gunakan untuk bermain dengan temannya yaitu huda.
Arazi dah Seno pun ternyata tidak tahu bahwa mereka diawasi
oleh pak Marpuang dan bu Karsih. Seno yang tidak belajar terlihat panik dan
seringkali melihat kebawah meja. Karena pak Marpuang curiga dengan Seno, ia pun
menghampiri dan tertangkaplah Seno sedang mencari jawaban di smartphone nya. Seno merasa malu dengan
tindakannya. Pak Marpuang yang sering mempercayainya sebagai anak pintar di
kelas dibuat kecewa olehnya. Lalu 15 menit kemudian bel pun berbunyi yang
menandakan waktu mengerjakan soal telah habis.
Tibalah saatnya pengumuman kenaikan
kelas, ternyata ada 1 orang anak yang tinggal kelas di kelas 10. Ketika seluruh
murid melihat pengumuman itu di mading sekolah ternyata murid tersebut adalah
Seno, tak kuasa Seno menahan malu. Ia pun segera pergi kerumah Arazi untuk
meminta maaf atas segala perbuatannya.
Seno pun kecewa karena Arazi tidak
ada dirumah, lalu ia pulang melewati jalan raya yang ia sering melihat Arazi
berada disana. Ternyata benar Seno
melihat Arazi sedang mengajari anak-anak jalanan, seketika Seno langsung merasa bersalah. Tak kuasa hati ia
pun langsung meminta maaf kepada Arazi, seketika Arazi pun merespon dan
memaafkannya.
Walau Arazi sudah naik kelas, pak Marpuang
masih belum sepenuh hati melihat Arazi naik kelas. Ketika ditengah jalan pak
Marpuang melihat Arazi sedang mengajar anak - anak jalanan. Ia pun teringat
seluruh perkataan Seno tentang keburukan Arazi. Tak lama kemudian, Seno segera
menjelaskan semuanya kepada pak Marpuang dan mereka meminta maaf atas segala
kesalahannya. Pak marpuang pun menghela nafas dan memaafkan segala kesalahan
yang dilakukan oleh Seno. Arazi menghampiri pak Marpuang dan Seno, pak Marpuang
pun meminta maaf kepada Arazi karena ia
telah berprasangka buruk kepadanya.
...T A M A T...
Note : Manisnya keberhasilan ditentukan dari usaha yang dikerjakan. tetaplah berusaha semaksimal mungkin walaupun berat dan melelahkan, karena sesungguhnya bukanlah hasil yang dilihat melainkan proses yang dijalankan. keep istiqamah fisabilillah...
(FIKRI HAIKAL, 28-10-2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar