Ingin rasanya aku dan dia sesekolah, dan dia nggak tinggal jauh-jauh. Kalau aku bisa pindah
lagi kesana, aku mau!
Sekolah disini lumayan enak, kayak di film-film yang sering ditonton di televisi.
Ada loker, ada kebebasan,
ada anak-anak bule yang ternyata nggak sekeren yang dilihat, kelas yang pindah-pindah sesuai mata pelajarannya. Di sini aku merasa nggak punya kelas, nggak ada tempat
duduk langganan yang tetap.
Satu-satunya yang tetap hanyalah loker.
Semuanya baik-baik saja, tapi ada satu masalah besar. Aku dapat guru yang galak banget.
Namanya Mr.L. Bayangin aja, meskipun aku nggak berbuat apa-apa, beliau membenciku.
Aku punya firasat, tahun ini takan terasa amat panjang.
Aku punya firasat, tahun ini takan terasa amat panjang.
Aku beri tau, yang harus kamu ketahui tentang Mr.L. Pertama, segala sesuatu pada
dirinya lurus, ketat, dan kurus.
Kedua kalau dia marah alisnya jadi satu, bikin dia kelihatan tambah galak.
Matanya yang tipis jadi semakin tipis. Kalau manggil murid, mulut tanpa bibir,
bagai goresan marah di wajahnya.
Ketiga aku sangka semua orang punya bulu mata, tapi Mr.L nggak.
Mungkin karena matanya sedingin es, jadi bulu mata nggak bisa tumbuh
di kelopaknya.
Keempat, suaranya seperti logam beku.
Huhh! Untungnya, guruku berbeda-beda untuk setiap mata pelajaran.
Jadi setidaknya aku nggak sering ketemu
dengan si mata tipis setipis silet itu. Tapi, sialnya aku sering diajari
beliau ketimbang guru yang lain.
Dia guru kelas, itulah masalahnya.
Itu baru masalah pertama, ada lagi masalah lain. Aku kehilangan teman-temanku di sekolah dulu. Disini teman-temanku menganggapku lain dari mereka, karena aku berasal dari sebuah tempat
yang jauh dari mereka. Aku dianggap dari Asia, dan kamu pasti pernah baca;
di tahun 1998, Pauline Hason pemimpin partai
One Nation melancarkan kampanye anti imigran. Hanson ini Australia untuk Australia.
Apalagi setelah peristiwa di Bali,
Apalagi setelah peristiwa di Bali,
atau benar-benar menjadi incaran mata
mereka yang sinis. Setiap kali mereka memandangku,
aku seperti tenggelam dalam lumpur yang hina.
Kulitku yang gelap membuatku tambah nggak pede. Lebih dari itu, aku merasa ngiri
dan semakin terpuruk
dan semakin terpuruk
melihat indahnya mata biru dan hijau teman-teman baruku.
Sungguh ajaib ciptaan Tuhan.
Yang lebih penting lagi, mereka lebih fasih berbahasa Inggris..hiks.
Disini sungguh terasa melelahkan. Ada banyak yang harus terus menerus disesuaikan.
Walaupun begitu, ada juga yang membuatku mencoba kekerasan.
Diantaranya adalah pelajaran tentang “rasa percaya”. Gurunya simpatik dan
cara mengajarnya asik banget.
Sebut saja Mr.M, aku merasa senang dan mendapatkan
pelajaran baru tentang “rasa percaya”.
Menurutmu.. apakah rasa percaya sama dengan iman?
Ada satu sisi pelajaran Mr.M yang harus aku bagi denganmu. Begini ceritanya :
Pada suatu hari, guruku Mr.M berkata bahwa ia punya sebuah latihan yang harus
kami coba. Kami diminta
berdiri membelakangi teman sekelas kami, yang berdiri agak jauh,
kemudian menjatuhkan diri kepada teman yang bertugas menangkap kami.
Kebanyakan diantara kami nggak ngerasa tenang,
maka kami tidak menjatuhkan diri secara bebas,
dan melompat mesti baru condong beberapa derajat.
Kami menutupi rasa malu kami dengan tertawa.
Akhirnya seseorang siswi kurus, pendiam, berkulit gelap yang sehari-hari hampir
selalu menggunakan fisher-man sweater
putih kedodoran, menyilangkan lengannya ke depan dada,
memejamkan mata, kemudian menjatuhkan diri ke belakang tanpa ragu-ragu.
Sesaat aku khawatir ia akan jatuh berdebam ke lantai. Namun pada detik terakhir,
pasangan yang bertugas menangkapnya
bergerak cepat menahan pundak
dan kepala siswi yang jatuh bebas itu,
lalu membuatnya tegak kembali.
“Hore!” seru beberapa di antara kami. Yang lainnya bertepuk tangan.
Mr. M akhirnya tersenyum.
“Kau lihat”, katanya pada gadis itu, “kau memejamkan mata. Itu bedanya. Kadang-kadang kita tidak boleh percaya kepada yang kita lihat, kita harus percaya kepada
yang kita rasakan. Dan jika kita ingin
orang lain percaya kepada kita, kita harus merasa
mempercayai mereka juga.
Bahkan meskipun sedang dalam kegelapan. Bahkan ketika kita sedang terjatuh”
Keren nggak tuh?
Aku percaya sama dia, aku percaya bila aku terjatuh kapan saja, tangannya akan
segera menangkap badanku.
Itulah rasa kepercayaan yang kuberikan padanya.
***
Ditulis oleh :
Nama : Khairunnisya
Absen : 20
Woowww ga nyangka banget nih sama produknya @AMAZING_BEAUTY_CENTER tubuh aku jadi putih alami dan kulit ku jadi cerah bersinar ,aku banyak terimakasih nih sama @AMAZING_BEAUTY_CENTER ,kalian jangan mau kalah sama aku buruan kalian yg belum coba,sekarang waktunya kalian buat coba,aku udah buktiin ko,giliran kalian yg ngebuktiin :) nih aku punya pinnya D37F6DC5
BalasHapus