Tak Pernah Terlihat, Namun Selalu Ada
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, terlihat semua siswa SMA Pelita Jaya bergegas untuk
kembali kerumahnya. Namun ada 3 siswa yang terlihat akrab masih berada di kelas XII MIPA – A,
yaitu Rizky, Fahmi, dan Natasha.
“Eh, nanti jadi kan kerumah Tasya?” Kata Rizky. Rizky ini memiliki jiwa sosial yang tinggi,
berwibawa, dan juga menjadi kapten basket disekolahnya. Dan pastilah Rizky menjadi
idola bagi perempuan di sekolah tersebut.
“Jadi dong, tapi jangan lupa siapin makanan yang enak ya. Perut gua udah laper banget nih.
Rasanya cacing di perut gua lagi gelar konser dangdut” kata Fahmi. Fahmi ini orangnya suka
sekali makan, berat badannya lebih besar dari Rizky dan Tasya. Semua makanan pasti
dilahapnya hingga habis sampai tak ada makanan tersisa.
“Tenang aja, nanti gua suruh bi Tuti buat nyiapin makanan. Btw, lo pada mau langsung
kerumah gua apa pada pulang dulu?” kata Tasya. Tasya memiliki wajah yang manis, selain itu
Ia juga ramah. Tak heran jika banyak kaum adam yang menyukainya.
“Gua pulang dulu bentar” Kata Rizky
“Gua juga deh” Kata Fahmi
“Oke deh gua tunggu ya. Jangan lama-lama”
Sebenarnya mereka tinggal di komplek yang sama yaitu di komplek Real Estate Kalisari
dan rumah mereka berdekatan. Rumah Fahmi dan Natasha bersebelahan, dan rumah Rizky
hanya berbeda satu gang dari rumah Fahmi dan Natasha.
“Duh, gua kekenyangan nih” kata Fahmi
“Lagian lo makannya banyak banget. Kayak belom makan 7 tahun aja” Kata Rizky
“Bodo amat. Eh gimana nih rencana ke Semarang minggu depan, mumpung libur satu minggu
kata Fahmi.
“Tenang aja, gua udah siapin rencana kita di Semarang. Pasti seru deh” Kata Rizky
“Uang tabungan kita bertiga udah 2,5 juta nih” Kata Tasya, yang sedari tadi menghitung uang
tabungan mereka bertiga.
“Yaudah gua pesenin tiket kereta. Berangkatnya kita naik kereta hari Jumat yang jam 11 malem
ya, terus pulangnya hari Jumat depan jam 2 siang ya. Total tiketnya 240.000 per orang, jadi
uang kita berkurang 720.000 buat beli tiket.” Kata Rizky.
“Gua mah ngikut aja, yang penting ini bukan cuma wacana.” Kata Tasya
“Nanti gua siapin cemilan yang banyak deh haha” Kata Fahmi
“Lo mah makan mulu” Kata Tasya
“Bodo amat, yang penting gua sehat.” Kata Fahmi
“Udah.. udah, siapin diri baik-baik ya. Kita bakalan satu minggu disana” Kata Rizky
Tak terasa waktu yang mereka tunggu-tunggu telah tiba.
Mereka bertiga sedang berada di base camp mereka, yaitu rumah Tasya. Pukul 19.30
mereka berangkat dari rumah Tasya untuk menuju Stasiun Universitas Indonesia. Mereka
adalah orang yang peduli lingkungan. Untuk bepergian jauh, mereka selalu menggunakan
kendaraan umum. Karena prinsip mereka “kalau naik kendaraan pribadi, malah bikin
jalanan tambah macet dan bikin polusi udara.” Makanya mereka memilih untuk
menggunakan transportasi umum.
Setelah tiba di Stasiun Universitas Indonesia, mereka lalu menuju Stasiun
Pasar Senen menggunakan KRL. Setelah menunggu beberapa menit, KRL pun tiba.
Mereka harus transit di Stasiun Manggarai, lalu ke Stasiun Jatinegara dan transit kembali
di Stasiun Jatinegara untuk menuju Stasiun Pasar Senen. Dan waktu baru menunjukkan
pukul 21.50 saat tiba di Stasiun Pasar Senen. Artinya mereka harus menunggu kereta yang
akan ditumpangi selama 1 jam.
Selama menunggu mereka bertiga selalu bercanda. Sampai orang yang disebelahnya merasa
terganggu dan memutuskan untuk pindah tempat duduk. Sampai tak terasa, ada sebuah
pengumuman bahwa KA Tawang Jaya segera masuk di jalur 3. Mereka pun segera melakukan
proses check-in dan langsung menuju ke jalur 3.
Tepat pukul 23.00 KA Tawang Jaya pun diberangkatkan. Mereka akan berada di kereta selama
lebih kurang 7 jam. Di kereta, mereka nampak kelelahan setelah tadi siang mereka sekolah
dan pada malamnya mereka harus berangkat ke Semarang. Tapi itulah mereka. Sangat suka
berpetualang.
Pukul 06.15 mereka tiba di Stasiun Semarang Poncol. Mereka langsung menuju ke tempat
penginapan yang sudah dipesan sebelumnya. Rencananya hari ini mereka akan menuju
Lawang Sewu, Kota Lama Semarang, dan Simpang Lima. Pada hari berikutnya, mereka akan
berjalan-jalan menuju Universitas Diponegoro. Walaupun mereka suka berpetualang, tetapi
mereka juga tak melupakan pendidikan mereka. Terbukti, mereka selalu saingan dalam
memperebutkan peringkat 1, 2, dan 3.
Pada pukul 09.00 mereka sudah berangkat menuju Lawang Sewu. Disana mereka tampak
antusias untuk melihat isi dari Lawang Sewu. Dan tak lupa mereka membuat laporan
perjalanan mereka dalam bentuk video, dan setelah mereka mengunggah ke youtube.
Setelah puas berjalan-jalan di Lawang Sewu, mereka menuju kuil Sam Po Kong, sebuah kuil
Tionghoa di Semarang. Disana mereka selalu mengabadikan momen mereka, lalu membuat
laporan perjalanan mereka.
Setelah itu, mereka menuju ke Kota Lama Semarang. Destinasi pertama mereka di Kota Lama
Semarang adalah Gereja Blenduk. Gereja ini dibangun pada tahun 1753, dan memiliki
bangunan bergaya neoklasik. Karena itulah, mereka memutuskan untuk menuju tempat ini.
Setelah dari Gereja Blenduk, mereka menuju Semarang Art Gallery yang letaknya tak jauh
dari Gereja Blenduk. Berbagai macam karya seni ada disini. Kebetulan, Tasya senang sekali
melukis. Bahkan Ia selalu menjadi juara dalam lomba melukis di sekolah.
Karena waktu sudah hampir magrib, mereka langsung menuju kawasan Simpang Lima.
Mereka akan makan malam disana. Mereka memesan makanan khas Semarang, yaitu nasi
gandul. Nasi gandul adalah nasi yang disiram kuah bening coklat bersantan encer berisi
potongan daging sapi dan jeroan.
Setelah itu, mereka kembali menuju Lawang Sewu, karena mereka penasaran Lawang Sewu
saat malam seperti apa. Mereka hanya memotret dari luar dan tidak masuk kedalam Lawang
Sewu. Dan ternyata, Lawang Sewu saat malam terlihat indah. Mereka pun puas di hari pertama
di Semarang dan mereka memutuskan untuk kembali ke penginapan.
Hari kedua di Semarang, mereka menuju Universitas Diponegoro. Disana mereka melihat-lihat
bangunan yang ada. Karena Undip menjadi salah satu pilihan universitas yang akan mereka
pilih. Selama seharian, mereka berada di kampus Undip. Setelah puas di kampus Undip,
mereka kembali ke penginapan.
Hari ketiga, mereka menuju Ambarawa. Di Ambarawa terdapat museum kereta api Ambarawa.
Berbagai jenis lokomotif uap pun ada di sana. Mereka berfoto bersama lokomotif uap tersebut.
Dan tak lupa mereka mencoba menaiki kereta wisata Ambarawa – Tuntang dengan
menggunakan kereta tua. Mereka nampak menikmati perjalanan, karena disepanjang
perjalanan disuguhkan dengan pemandangan yang indah termasuk danau Rawa Pening.
Mereka pun tak mau ketinggalan momen ini dan mereka pun mengabadikannya dengan
kamera masing-masing. Setelah dari Ambarawa, mereka menuju
Ungaran dan akan menginap di Ungaran.
Karena hari mulai petang, mereka memutuskan untuk menuju penginapan di Ungaran.
Hari keempat, mereka berjalan-jalan di sekitar Ungaran, seperti Curug Benowo, Wana
Wisata Penggaron dan Taman Djamoe Indonesia. Mereka nampak menikmati pemandangan
yang disuguhkan di setiap tempat wisata di Ungaran.
Keesokan harinya, mereka menuju candi Gedong Songo. Candi ini didirikan pada abad ke-9
Masehi. Keindahan alam disini sangat menakjubkan. Mereka pun tak henti-hentinya berfoto.
Selama 5 hari di Semarang ini, mereka nikmati sebagai refrehing.
Karena sudah seminggu ini mereka dihadapi dengan ulangan. Sehingga, mereka sangat
membutuhkan hiburan.
Hari keenam, mereka masih di Ungaran, tetapi saat itu, Tasya nampak pucat. Beruntung
Fahmi melihat kondisi Tasya. Dengan sigap, Fahmi memanggil Rizky untuk memerika
keadaan Tasya. Badan Tasya panas sekali. Fahmi dan Rizky pun membawa Tasya ke klinik
terdekat. Mereka sangat khawatir dengan kondisi Tasya saat ini. Ternyata, Tasya kelelahan.
Setelah itu, Tasya diberikan obat dan mereka kembali ke tempat penginapan. Rencana hari
terakhir di Semarangpun dibatalkan, karena kondisi Tasya yang kurang sehat. Fahmi dan
Rizky merasa bertanggung jawab atas kesehatan Tasya, karena mereka yang mengajak Tasya
untuk ikut ke Semarang.
“Tasya, lo istirahat aja ya, lo pokoknya harus sembuh. Nih lo makan dulu, tadi Fahmi beliin lo
bubur ayam. Terus nih diminum obatnya”
“Gua masih pengen jalan-jalan di sini, Ky. Gua masih pengen jelajahin Semarang”
“Lo tuh ya ngeyel banget dibilangin. Mendingan lo istirahat dulu. Kan kita bisa kapan-kapan
kesini lagi.”
“Gua ngga bisa tidur, Ky.”
“Yaudah gua temenin, tapi lo tidur ya”
Fahmi yang mengintip dari balik pintu pun sudah menyadari bahwa mereka sebenarnya saling
meyukai. Tapi mereka berdua tidak mau merusak persahabatan mereka. Karena persahabatan
itu lebih penting dari percintaan. Percintaan bisa merusak segalanya jika tidak dibina dengan
baik. Mungkin itu alasan mereka tidak mau mengungkapkan isi hatinya. Karena mereka
berpikir, jika dinyatakan, maka persahabatan mereka akan hancur. Dan pastilah ada pihak
yang disakiti karena cinta tersebut.
Keesokan harinya, mereka menuju Stasiun Semarang Poncol untuk kembali ke Jakarta.
Beruntung kondisi Tasya mulai membaik, jadi mereka bisa kembali ke Jakarta. Perjalanan
kali ini begitu menyenangkan bagi mereka bertiga. Terlebih untuk Rizky dan Tasya. Saat
mereka sedang berbicara berdua saja, jantung mereka berdegup kencang, rasanya seperti
jantung mereka ingin keluar. Fahmi yang melihat adegan itu pun hanya tersenyum dan
memulai membuat lelucon garing untuk Rizky dan Tasya. Walaupun sebenarnya ada rasa
yang ingin diungkapkan, tetapi mereka memilih untuk menjadi sahabat. Dan Fahmi pun
senang bisa membuat orang lain tersenyum bahagia.
Sahabat itu tak terlihat, tatapi mereka selalu ada buat kita, baik saat kita sedang sedih atau
saat kita senang. Sahabat bisa membuat kita tersenyum saat kita sedang sedih. Mereka
adalah orang yang paling bisa mengerti kondisi kita. Jadi jangan sia-siakan sahabatmu.
~TAMAT~
Dikarang oleh : Yusuf Satryo Utama
Kelas : XII IPA – 1
No. Absen : 36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar