Identifikasi Novel
Judul : Hujan
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Sampul oleh : Orkha Creative
Cetakan : Ke-duabelas
Tahun Terbit : Januari 2016
Tempat Terbit : Jakarta
Tebal buku :320 haman; 20 cm
Synopsis
Ruangan 4x4 m2 itu selintas terlihat didesain terlalu sederhana untuk ruangan paling mutakhir di kota ini. dinding dan langitnya berwarna putih. Hanya ada dua perabot di tengan ruangan. Satu kursi lipat diduduki sseorang perempuan berusia lima puluh tahun, satu lagi sofa pendek berwarna hijau. Seorang gadis muda dengan kemeja biru dan celana gelap duduk bersandar di sofa itu. Sisanya hamparan lantai pualam tanpa cacat.
“Namsku Elijah.”Paramedis senior itu tersenyum, memulai percakapan.” Namamu Lail, bukan?”. Gadis diatas sofa hijau mengangguk perlahan. “Kamu merayakan ulang tahun yang ke-21 minggu depan. Kamu yatim-piatu, tinggal di apartemen bersama seorang teman, dan menyelesaikan pendidikan level 4. Kamu juga memegang Lisensi Kelas A Sistem Kesehatan,” Elijah berkata sambil jemari tangannya mengetuk lincah layar tablet di hadapannya.
“Ah kamu juga seorang perawat yang bertugas di rumah sakit kota.” Elijah diam sejenak, berhenti menggerakkan tulisan di layar, membaca lamat-lamat. “Ini mengagumkan. Kamu punya banyak sekali catatan pelayanan sosial sejak usia enam belas tahun, termasuk sebulan ditugaskan di sektor 1. Astaga itu tempat paling menyedihkan. Bagaimana kondisi di sektor itu?“. Gadis yang duduk di sofa hijau tidak menjawab. Elijah tersenyum simpul. Siapa pula yang akan tertarik bicara basa-basi setelah mengambil keputusan final masuk ke ruangan itu.
“Baiklah, Lail kita langsung saja. kamu harus mengenakan pemindai ini. Kami membutuhkan peta syaraf otakmu, melalui cerita yang kamu sampaikan. Tidak ada toleransi dalam atas kesalahan dalam operasi. Kita tidak ingin ada memori indah yang ikut kehapus bukan?” Elijah mencoba bergurau
“Baiklah. Pertanyaan pertama , apa yang ingin kamu hapus dari memori ingatanmu, Lail? ”. Gadis diatas sofa hijau menjawab dengan suara serak. “Aku ingin melupakan hujan.”
Unsur intrinsik
- Tema :Kehidupan seorang anak perempuan yang ditinggalkan kedua orang tuanya akibat letusan Gunung Purba
- Tokoh:
- Lail :Anak perempuan yang ditinggalkan kedua orang tuanya akibat letusan Gunung Purba
- Esok :Anak laki-laki yang menarik tas Lail saat menaiki tangga darurat
- Maryam :Teman Lain sejak Lail dipindahkan ke panti hingga sekarang
- Ibu Suri :Ibu panti tempat Lail dan Maryam tinggal setelah satu tahun musibah tersebut
- Wali kota :Ayah angkat Esok
- Claudia :Anak wali kota
- Elijah :Paramedis yang akan membuat Lail melupakan semua tentang hujan
3. perwatakan
a. Lail: - Memiliki jiwa penolong ((“Kami akan ke sana member peringatan,” Maryam berkata mantap. “Bagaimana kamu akan tiba disana?.” Komandan bertanya. “Berlari secepat mungkin” Kali ini Lail yang menjawab. “Aku tahu kalian adalah pemegang rekor tercepat tes rintang alam, tapi berlari lima puluh kilometer di tengah hujan badai, di lembah terisolasi adalah gila!”)
- Sangat menyayangi ibunya (Lail terlihat duduk di perempatan jalan di depan lubang tangga darurat kereta bawah tanah. Dia tidak mau kemana-mana. Dia ingin menemui ibunya yang berada di bawah sana.)
- Pantang menyerah (Maryam mulai menghibur Lail yang mulai tertinggal setelah dua per tiga perjalanan.fisik Lail tidak setangguh Maryam. Lail dibelakang menganggung, memaksa kakinya terus berlari.)
- Rajin (Lail menawarkan diru membantu, mulai terbiasa dengan sekitar.salah satu petugas menerimanya bekerja, menyuuhnya mencuci piring, alat masak, panci, atau apapun yang bisa dicuci)
b. Esok: -Sangat cerdas (petugas sudah menyerah, mereka tidak punya mesin pompa besar yang cukup untuk menarik air sedalam itu. Esok mengusulkan agar mereka menyusun belasan pompa kecil secara parallel. Tidak ada yang mengerti penjelasan Esok, hingga dia menyusunnya dengan cermat dan air berhasil disedot.)
-Pekerja keras (“Kloning syaraf otak, itulaah solusinya. Aku meminjam teknologi mesin modifikasi ingatan yang ditemukan beberapa tahun lalu. Aku memindahkan seluruh pengetahuanku ke salah satu mesin pintar, kloning, tiruan otakku. Aku tak bisa menghubunginya enam hari terakhir karena harus terus memasang pemindai di kepala. Tidak bisa dihentikan prosesnya. Semua baru selesai enam jam lalu.)
- Humoris (“Rambutku sudah gatal sejak empat hari lalu.”
“Itu karena ada kutunya,” Esok dibelakangnya menceletuk, ikut mengantre.)
c. Maryam: -Cerdas
- Mudah bosan (“Aku mulai bosan kursus memasak.” Maryam menguap. Mereka sedang mengikuti aktivitas sore. “Kita harus memilih aktivitas lain, Lail yang lebih seru” Maryam berbisik.)
- Suka menggoda Lail (“Apakah kamu menyukai Esok lebih dari seorang kakak?” itu pertanyaan telak sekali. Muka Lail merah padam. Maryam tertawa pelan, bangkit berdiri meninggalkan Lail.)
- Pantang menyerah (“Maju Lail! Hanya kita harapan penduduk.” Maryam dengan gagah meneroobos kubangan lumpur. Sepuluh meter maju kubangan lumpur sudah setinggi dada. Maryam menggigit bibirnya, dengan tekad kokoh dia terus maju.
- Memiliki jiwa penolong (“Kami akan ke sana member peringatan,” Maryam berkata mantap. “Bagaimana kamu akan tiba disana?.” Komandan bertanya. “Berlari secepat mungkin” Kali ini Lail yang menjawab. “Aku tahu kalian adalah pemegang rekor tercepat tes rintang alam, tapi berlari lima puluh kilometer di tengah hujan badai, di lembah terisolasi adalah gila!”)
d. Ibu Suri: - Galak (“Kamu sengaja hujan-hujanan, bukan?” Ibu Suri mendelik. “Bagaimana kalau kamu jatuh sakit? Membuat repot seluruh petugas? Kamu sudah besar, bukan lagi anak kecil yang senang bermain air.”)
- Pengertian ( “Aku harus ke stasiun kereta cepat antar kota.”. “Iya aku tahu Lail. Tapi kenapa kamu harus ke stasiun kereta hari ini?” ibu suri berkata dingin. “Aku harus mengantar seseorang.” Lail menunduk, suaranya samar. “ Baik, lantas siapa orang itu, yang membuatmu arus mengantarnya?”. Lail tak pernah mau menceritakan soal Esok kepada siapapun, tapi dia tidak punya pilihan. “Baiklah, Lail demi anak laki-laki yang telah menyelamatkanmu, aku akan memberimu izin selama dau jam.)
e. Wali Kota: -Sangat menyayangi putrinya (“Aku tahu Esok akan menggunakan satu tiket lagi untukmu. Dia sangat menyayangimu, Lail. tapi ijinkan orang tua ini memohon. Bisakah kamu meminta Esok agar memberikan tiket itu kepada Claudia?. Hanya Claudia satu-satunya putrid yang kami miliki. Satu-satunya harta yang paling berharga.”)
-Tidak mudah terpengaruh dengan pemimpin lainnya
f. Claudia: -Ramah dan mudah berbaur (“Ayolah Lail” Putri Walikota ikut membujuk, berkata ramah dan pura-pura berbisik, “Jika Ibuku sudah blang, aku saja susah menolaknya.”)
Latar
- Latar tempat
- Kapsul kereta bawah tanah ( Di dalam kapsul kereta yang melesat. Ketika penumpang asyik dengan kesibukan masing-masing, kapsul tiba-tiba mengerem paksa.)
- Tangga darurat ( Tangan kecil Lail gemetar menggenggam anak tangga. Itu benar-benar tangga darurat, anak tangga yang terbuat dari besi ditanam di dinding. Lail seperti menaiki sumur gelap.)
- Tenda pengungsian d stadion Lapangan bola (Malam kedua. Lail dan Esok tidur di tenda pengungsian. Situasinya lebih baik disbanding tenda rumah sakit.)
Panti.
- Apartemen (Maryam sedang turun dari apartmen hendak mencari makanan, Lail memutuskan untuk melakukan sesuatu.)
- Temmpat esok lulus
- Rumah sakit darurat (“Ibumu sudah siuman?” Lail bertanya pelan. Esok menggeleng, menoleh ke tenda di belakang, tempat ibunya dirawat.)
- Ruangan 4x4 ( ruangan putih 4x4 m2 itu lengang, menyisakan desing pelan dari bando logam yang dikenakan gadis diatas sofa hijau. “Apakah teman sekamarmu kutuan?” Elijah bertanya sambil tersenbut
- Rumah rumahan warna (Mereka tiba persis di dalam rumah-rumahan plastic saat hujan deras turun tidak tertahankan. Hujan yang menyiram tumpukan debu tebal. Hujan asam.
- Latar waktu
- Pagi hari (“Sudah pukul delapan, Lail. kamu harus antre sarapan, sebelum kehabisan”. Sebagai jawaban, Lail menarik kembali selimutnya, menutupi wajah.)
- Malam (Malam hari, setelah mengambil makanan di dapur umum esok baru bertemu Lail di tenda. Bertanya kabarnya, apa yang dia lakukan sepanjang hari.)
- Hari pertama sekolah( Ini hari pertama Lail masuk sekolah setelah libur panjang. Itu juga yang menyebabkan jalanan Kota terlihat padat. Lial berangkat bersam ibunya. Kantir ibunya satu arah.)
- Latar suasana
- Panik (Kapsul tiba-tiba mengerem paksa. Percikan api menyembur dari roda baja. Tersentak, tidak mampu menahan keseimbangan di atas rel, dua belas kapsul saling bertabrakan, terbanting menghantam dindind lorong. Sepersekian detik, penumpang telah terpelanting ke depan, rebah rempah, berseru-seru panic, berteriak-teriak ngeri.)
- Sedih ( Gadis berusia 21 tahun yang duduk di atas sofa hijau menyeka ujung matanya. Mengenang dan menceritakan kejadian delapan tahun lalu itu tidak mudah.
- Cemas (Hanya ada satu bangunan yang masih berdiri di sepanjang jalan itu. Toko kue. Esok berlari melihatnya. Dadanya berdegup lebih kencang. Wajahnya terlihat harap-harap cemas)
- Meriah (“CONGRATULATION! Selamat ppenduduk bumi! Kita baru saja mendapatkan bayi yang kesepuluh miliar” Layar tipis diatas tempat duduk, huruf-hurufnya bergerak bergantian dengan animasi kembang api.
Alur
Pengenalan:
CONGRATULATION! Selamat ppenduduk bumi! Ketika penumpang asyik dengan kesibukan masing-masing, kapsul tiba-tiba mengerem paksa. Percikan api menyembur dari roda baja. Tersentak, tidak mampu menahan keseimbangan di atas rel, dua belas kapsul saling bertabrakan, terbanting menghantam dindind lorong. Sepersekian detik, penumpang telah terpelanting ke depan, rebah rempah, berseru-seru panic, berteriak-teriak ngeri
Tangan kecil Lail gemetar menggenggam anak tangga. Itu benar-benar tangga darurat, anak tangga yang terbuat dari besi ditanam di dinding. Lail seperti menaiki sumur gelap. Saat Lail menghela napas lega, merasa mereka bisa selamat, saat itulah gempa susulan berikutnya tiba. Anak tangga yang dipegang dan diinjak ibunya luruh. Lail kalap hendak meraih ibunya, kehilangan keseimbangan, membuat pengangan satunya ikut terlepas. Sebelum Lail benar-benar ikut jatuh, satu tangan meraih tas punggungnya terlebih dahulu. Anak laki-laki usia lima belas tahun yang tiba duluan berhasil menyambarnya.
Muncul masalah
“Esok…” Lail menyikut lengan Esok.
Esok meoleh
“Apakah kamu dan ibumu akan ikut ke panti” Lail mengulang pertanyaan?”
Esok menggeleng perlahan. Cepat atau lambat dia harus membertahu Lail. mungkin sekarang saat yang tepat, ketika mereka sedang menonton pembangunan kolam air mancur, landmark penting kota
“Aku tidak ikut ke panti sosial”.
“Kenapa?” Lail bertanya
“Ada keluarga yang bersedia mengangkatku jadi anak asuh, sekaligus menyekolahkanku setinggi mungkin.” Suara pelan Esok hampir tidak terdengar, kalah oleh suara alat-alat berat yang sedang mengecor kolam air mancur.
Lail dan Esok terdiam satu sama lain.
“Mereka juga bersedia menampung ibuku….Aku sebenarnya tidak tertarik, lebih suka tinggal di panti. Aku bisa bersekolah, bekerja, menjaga ibu, bersama kamu. Tapi ibu membutuhkan perawatan serius. Dia terus sakit-sakitan. Tinggal bersama keluarga baru mungkin akan membuat ibu lebih sehat,” Esok berusaha menjelaskan.
Lail mengangguk samar. “Iya itu benar. Ibumu akan lebih baik disana.”
“Kamu tidak sedih?”
Lail menggeleng. “Aku senang mendengarnya.”
Klimaks
“Aku minta maaf mengganggu jadwal istrahatmu, Lail. ada yang hendak aku bicarakan padamu.” Wali kota mengusap keringat di dahi, wajahnya terlihat sangat letih.Dia bekerja nyaris delapan belas jam setiap hari mengurus kota mereka. Mencari solusi paceklik bahan pangan.malam ini Wali kota menyisihkan waktu, pergi menemui Lail di sektor 3. Itu berati ada hal penting dan amat mendesak.
“Aku tahu Esok pasti telah membertahumu”.
Lail bisa segera menebak topic pembicaraan.
“Kapal raksasa…” Lail berkata pelan.
Wali Kota mengangguk.
“Delapan tahun lalu setelah deadlock KTT Perubahan Iklim Dinia, beberapa pemimpin dunia melakukan pertemuan tertutup. Aku termasuk salah satunya. Dalam pertemuan itu juga hadir belasan ilmuwan terkemuka.
“Menghadapi ancaman nyata kepunahan manusia, empat negara bersepakat memulai proyrk pembuatan kapal. Dipimpin oleh ilmuawan-ilmuwan dari universitas terbaik.kita tidak bisa menyelamatkan semua orang, Lail. hanya sepuluh ribu tiket untuk setiap negara. Kami sepakat penduduk bumi memiliki kesempatan yang sama. Seorang anggota tim membuat mesin pencacah genetic manusia. Mesin itulah yang memilih siapa saja yang berhak menjadi penumpang sesuai keanekaragaman genetic yang mereka miliki. Semua penumpang terpilih telah dihubungi seminggu lalu. Evakuasi telah dilakukan. Jika kita masih duduk berdua disini, ini berarti kita tidak termasuk di dalamnya.
Lail terdiam, menunggu penjelasan lebih lanjut
“Tapi…” Wali Kota mengusap pelipisnya, “Esok memiliki dua tiket.”
Mata Lail membesar. Esok? Dua tiket?.
“Aku tahu Esok akan menggunakan satu tiket lagi untukmu. Dia sangat menyayangimu, Lail. tapi ijinkan orang tua ini memohon. Bisakah kamu meminta Esok agar memberikan tiket itu kepada Claudia?
Peleraian
Claudia resmi sudah memperoleh tiket itu. Pagi tadi Wali Kota dan isterinya mengantar Claudia ke stasiun keret, menuju ibu kota. Tetapi Lail tidak melakukan apapun. Bahkan Lail tidak sepatah katapun bicara dengan esok sejak wisuda. Dua belas jm sebelum pesawat itu berangkat, saat Maryam sedang turun dari apartmen hendak mencari makanan, Lail memutuskan untuk melakukan sesuatu. Lail sudah tidak tahan lagi. Dia menumpang taksi menuju pusat tetapi syaraf kota.
Sudut pandang:
- Orang ketiga serba tahu
Gaya bahasa:
- Lugas
Amanat: -Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan sebelum semuanya jelas
-Ikhlaslah menerima semua takdir Allah
-Tolonglah dengan ikhlas orang orang yang membutuhkan bantuanmu
Unsur ekstrinsik:
Tentang penulis
Tere Liye merupakan nama pena seorang penulis berbahasa Indonesia. Dari beberapa informasi yang beredar di internet, nama aslinya adalah Darwis. Darwis lahir pada tanggal 21 Mei 1979 di pedalaman Sumatera Selatan. Ia merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara yang berasal dari keluarga petani.
Pendidikan sekolah dasarnya ia lalui di SDN 2 Kikim Timur Sumsel, setelah lulus ia melanjutkan ke SMPN 2 Kikim Timur Sumsel lalu mengenyam pendidikan menegah atas di SMUN 9 Bandar Lampung. Terakhir ia kuliah di fakultas ekonomi UI.
Dari pernikahannya dengan Ny. Riski Amelia ia dikaruniai seorang putra bernama Abdullah Pasai dan seorang putri bernama Faizah azkia.
Saat menjadi penulis, Darwis menorehkan namanya dalam setiap karyanya namun dengan nama pena yang unik yakni Tere Liye. Tere Liye sendiri diambil dari bahasa India yang berarti untukmu.
Karya Tere Liye biasanya mengetengahkan seputar pegetahuan, moral dan agama islam. Penyampaiannya yang unik serta sederhana menjadi nilai tambah bagi tiap novelnya. Karyanya yang sudah diterbitkan yaitu:
- Hafalan Surat Delisa
- Moga Bunda Disayang Allah
- Mimpi-mimpi Si Patah Hati
- The Gogons Series
- Cintaku Antara Jakarta dan Kuala Lumpur
- Burlian
- Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
- Kau, Aku dan Sepucuk Angpao Merah
- Negeri Para Bedebah
- Bumi
Dll.
NAMA : AFIFAH
KELAS : XII-IPA 1
NAMA : AFIFAH
KELAS : XII-IPA 1
makasih
BalasHapusKonjungsi nya ada kakak
Hapus