Kamis, 15 Desember 2016

ANALISIS NOVEL "Attack on Titan : Before the Fall"

Judul : Attack on Titan : Before the Fall
Penulis : Hajime Isayama, Ryo Suzukaze
Penerbit : PT Elex Media Komputindo



Novel ini bercerita tentang kejadian di tahun sebelum Eren dan kawan-kawan terlibat pertarungan dengan Titan.

Angel Aaltonen bekerja di sebuah lokakarya dan menciptakan alat pelindung / senjata untuk Pasukan Penyelidik (Scouting Legion). Cerita ini terjadi dimana 3D Maneuver Gear belum diciptakan. Angel merupakan pengrajin senjata kelas satu. Sehingga dia memiliki akses langsung dengan Scouting Legion dan ikut terlibat dalam misi mereka. Dalam cerita ini, manusia belum mengetahui titik-titik lemah dari Titan. Anheru mulai mengerjakan sebuah senjata pamungkas untuk melawan para Titan, yang akan menjadi cikal bakal terciptanya 3D Maneuver Gear.

Seorang bayi ditemukan menangis di tengah-tengah muntahan Titan. Karena hal tersebut, orang-orang di dalam dinding membencinya dan memberi julukan anak tersebut dengan sebutan "Child of Titan".  Dia bernama Kyukuro dan tumbuh menjadi dewasa dengan cepat secara tidak wajar. Dia kemudian bergabung dengan Scouting Legion.

Setelah Kyukura berhasil selamat dari luar dinding, dia menggunakan 3D Maneuver Gear untuk mengalahkan Titan. Pada saat itu, alat tersebut masih belum sempurna dan menyebabkan Kyukura mengalami kecelakaan saat bertarung. Namun dia tetap tidak menyerah dan melawan Titan tersebut.


Kritik : Menurut saya novel ini sangat bagus untuk dibaca oleh para remaja yang suka dengan cerita fantasi. Dalam novel ini terkutip beberapa kata bijak yang bagus untuk remaja sebagai motivasi hidup. Sayangnya novel ini tidak boleh dibaca oleh semua umur, hanya untuk 17 tahun ke atas. Novel ini juga membawakan cerita yang kompleks, tidak semua orang dapat memahami novel ini dengan baik. Selain itu, buku ini juga disisipi gambar (ilustrasi) di beberapa halaman dan 2 halaman berwarna di lembar paling depan. 
Beberapa kekurangan yang ditemukan di buku ini, yaitu typo / kata yang salah ketik. Kemudian, keseluruhan dialog di buku ini kadang membingungkan dan tidak nyaman dibaca, karena di setiap dialog tidak diberi keterangan siapa yang berbicara. Pembaca harus membaca 2 kali untuk memastikan siapa yang berbicara. Mungkin karena di buku aslinya (berbahasa Jepang) memang seperti itu, diterjemahkan ke bahasa lain (terutama bahasa Indonesia) jadi tidak terstruktur. Bagi yang tidak terbiasa membaca novel, benar-benar akan kebingungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar